Pertamina Siap Berkontribusi pada Upaya Dekarbonisasi Global

Sabtu, 26 Oktober 2024 | 21:40:33 WIB

Bali – PT Pertamina (Persero) menegaskan keyakinannya dalam mengembangkan bisnis Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Indonesia. Keyakinan ini disampaikan oleh A Salyadi Saputra, Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina, saat berbicara dalam panel bertajuk “Global and Regional Collaboration Potential on Sustainable Aviation Fuel” di Bali International Air Show 2024 yang berlangsung pada Rabu (18/09) di Bandara Internasional Ngurah Rai.

Salyadi menjelaskan bahwa pengembangan SAF di Pertamina Grup akan meliputi aspek teknologi, finansial, serta dukungan kebijakan dari pemerintah. Langkah-langkah ini bertujuan untuk memastikan keberlangsungan penggunaan SAF dalam sektor penerbangan Indonesia.

“Pertamina siap dengan SAF. Dari sisi Pertamina Patra Niaga, kami sudah mendapatkan lisensi untuk Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) dan Renewable Energy Directive-Uni Eropa (RED-EU), sehingga kami dapat menjadi pemasok SAF. Kami juga terus melakukan pembaruan di kilang untuk beralih menjadi green refinery, dengan harapan mendapat dukungan dari masyarakat di dalam maupun luar negeri. Kesadaran semua pihak sangat penting untuk menciptakan kepentingan bersama,” ujar Salyadi.

Ia menekankan bahwa sebagai Badan Usaha Milik Negara, Pertamina memiliki tanggung jawab ganda. Pertama, mendukung pemerintah dalam menjaga ketahanan energi nasional. Kedua, sebagai entitas bisnis, Pertamina harus mempertahankan kinerja keuangan yang berkelanjutan, dan terus mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan. Mengingat potensi besar SAF di industri penerbangan, Pertamina berkomitmen untuk serius mengembangkan bisnis ini.

“Pertamina juga telah memiliki produk biofuel seperti B35 yang sukses diterapkan di Indonesia, dan kami merencanakan peningkatan ke B40 atau B50. SAF memiliki keuntungan karena tidak hanya menyasar pasar domestik, tetapi juga dapat menembus pasar internasional. Kami yakin Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah untuk mendukung pengembangan ini,” tambah Salyadi.

Dalam sesi panel yang sama, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, turut menyampaikan keyakinannya bahwa Pertamina memiliki potensi besar untuk mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan melalui SAF.

Luhut mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki peluang signifikan dalam bisnis SAF, namun kolaborasi dengan mitra strategis, termasuk perusahaan global, sangat diperlukan. Ia mengapresiasi kolaborasi yang dilakukan oleh industri di Indonesia, termasuk kerjasama Pertamina dengan Airbus untuk mengembangkan ekosistem SAF.

“Saya percaya satu negara tidak bisa melakukan semuanya sendiri. Oleh karena itu, Pertamina sangat penting untuk Indonesia. Kami ingin melihat lebih banyak keterlibatan Pertamina, tetapi itu tidak cukup. Kami juga mengundang negara lain dan organisasi transportasi udara serta perusahaan global seperti Airbus,” ungkap Luhut.

Ia juga menekankan pentingnya forum dan diskusi seperti ini untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan, serta untuk mengembangkan peta jalan efisien bagi bahan bakar di Indonesia dan global.

“Forum ini sangat penting karena kami bisa bertukar pengalaman. Indonesia tidak dapat melakukannya sendiri, tetapi kita bisa bersama-sama mencapai target nol emisi pada tahun 2060,” jelasnya.

Sebagai pemimpin dalam transisi energi, Pertamina berkomitmen mendukung target Net Zero Emission 2060 dan terus mendorong program-program yang berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Semua inisiatif ini selaras dengan penerapan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.

Terkini