Pertamina Dorong Pengembangan SAF sebagai Bahan Bakar Masa Depan Aviasi

Minggu, 27 Oktober 2024 | 18:51:04 WIB

Bali – PT Pertamina (Persero) menunjukkan optimisme tinggi dalam mengembangkan bisnis Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Indonesia. Keyakinan ini disampaikan oleh Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina, A. Salyadi Saputra, dalam sesi panel bertajuk "Global and Regional Collaboration Potential on Sustainable Aviation Fuel" pada ajang Bali International Air Show 2024 yang digelar Rabu (18/09) di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali.

Salyadi menjelaskan rencana pengembangan SAF yang mencakup seluruh Pertamina Grup, mulai dari teknologi, finansial, hingga dukungan kebijakan pemerintah. Semua aspek ini diupayakan untuk memastikan SAF dapat tumbuh dan berkembang sebagai bahan bakar yang berkelanjutan di industri penerbangan Indonesia.

“Pertamina sudah siap dengan SAF. Melalui Pertamina Patra Niaga, kami telah memperoleh lisensi Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) dan Renewable Energy Directive-European Union (RED-EU) untuk menjadi pemasok SAF. Kami juga terus meningkatkan kapasitas kilang agar dapat menjadi green refinery yang optimal dalam memproduksi SAF. Harapannya, langkah ini mendapat dukungan dari masyarakat Indonesia dan global karena kesadaran bersama akan pentingnya SAF bagi masa depan,” ungkap Salyadi.

Salyadi menambahkan bahwa Pertamina, sebagai Badan Usaha Milik Negara, memiliki dua peran penting. Pertama, untuk mendukung pemerintah dalam menjaga ketahanan energi nasional. Kedua, sebagai entitas bisnis, untuk menjalankan bisnis dengan kinerja finansial yang sehat dan berkelanjutan, termasuk dalam pengembangan bahan bakar ramah lingkungan. Pertamina serius dalam mengembangkan SAF karena potensinya yang besar dalam industri aviasi.

“Pertamina memiliki produk biofuel seperti B35 yang sukses diterapkan di Indonesia dan akan berlanjut dengan B40 atau B50. Dalam hal SAF, kami punya keunggulan kompetitif karena potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah. Pasar SAF kami tidak hanya domestik, tetapi juga global,” jelas Salyadi.

Dalam sesi panel yang sama, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, turut menyatakan optimismenya atas kemampuan Pertamina dalam mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan untuk industri penerbangan melalui SAF.

Luhut menyebutkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam bisnis SAF, namun diperlukan kolaborasi dengan mitra strategis termasuk perusahaan global. Beliau menyambut baik kolaborasi Pertamina dengan Airbus untuk pengembangan ekosistem SAF di Indonesia.

“Saya yakin satu negara tidak bisa mencapainya sendiri. Oleh karena itu, peran Pertamina sangat penting bagi Indonesia. Pertamina adalah perusahaan milik negara yang kuat, namun kita juga perlu keterlibatan dari negara dan perusahaan global lainnya, seperti Airbus,” ujar Luhut.

Menurut Luhut, forum dan diskusi seperti ini sangat penting, karena selain berbagi pengetahuan, juga mendukung pencapaian peta jalan efisiensi bahan bakar di Indonesia dan dunia.

“Forum ini sangat penting karena memungkinkan kita berbagi pengalaman. Saya yakin Indonesia tidak bisa melakukannya sendiri, tetapi bersama kita bisa mencapai target nol emisi pada tahun 2060,” tegas Luhut.

Sebagai perusahaan terdepan dalam transisi energi, Pertamina berkomitmen mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan mendorong program-program yang berdampak pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Semua upaya ini sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.

Terkini