Pertamina Tingkatkan Potensi SAF untuk Penerbangan Ramah Lingkungan

Minggu, 27 Oktober 2024 | 17:27:48 WIB

Bali – PT Pertamina (Persero) menyampaikan optimisme tinggi dalam mengembangkan bisnis Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Indonesia, sebagaimana disampaikan oleh Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina, A. Salyadi Saputra, pada sesi panel bertajuk “Global and Regional Collaboration Potential on Sustainable Aviation Fuel” di acara Bali International Air Show 2024, yang diselenggarakan di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali.

Salyadi menjelaskan bahwa Pertamina sedang mengembangkan rencana komprehensif terkait SAF di seluruh Pertamina Group, termasuk kesiapan dari segi teknologi, finansial, dan dukungan kebijakan pemerintah. Semua langkah ini bertujuan untuk memastikan pengembangan dan pemanfaatan SAF yang luas dalam industri penerbangan Indonesia.

“Kami sudah siap dengan SAF. Pertamina Patra Niaga telah memiliki lisensi Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) dan Renewable Energy Directive-European Union (RED-EU) sebagai pemasok SAF. Pertamina juga terus mengembangkan kilang menjadi green refinery untuk memaksimalkan produksi SAF. Kami berharap seluruh elemen masyarakat, baik dalam negeri maupun internasional, mendukung upaya ini, karena kesadaran bersama akan menjadikan inisiatif ini bermanfaat dan berkelanjutan,” jelas Salyadi.

Salyadi menambahkan bahwa sebagai Badan Usaha Milik Negara, Pertamina memiliki peran ganda, yaitu mendukung pemerintah dalam menjaga ketahanan energi nasional dan sebagai entitas bisnis yang harus menghasilkan kinerja finansial yang sehat. Melihat potensi besar SAF di industri penerbangan, Pertamina secara serius mengembangkan bisnis bahan bakar ramah lingkungan ini.

“Pertamina juga telah berhasil dengan bahan bakar Biofuel seperti B35 yang sukses diterapkan di Indonesia dan ke depannya akan ditingkatkan menjadi B40 atau B50. Pasar SAF Pertamina tidak hanya terbatas di dalam negeri, namun dapat diperluas ke pasar global. Kami yakin memiliki keunggulan kompetitif, mengingat Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah,” tutup Salyadi.

Dalam sesi panel yang sama, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Republik Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan keyakinannya bahwa Pertamina memiliki potensi besar dalam mengembangkan SAF untuk industri penerbangan yang ramah lingkungan.

Luhut menyoroti pentingnya kolaborasi dengan mitra strategis, termasuk perusahaan global, untuk mengembangkan bisnis SAF. Ia juga menyambut baik kolaborasi Pertamina dengan Airbus dalam menjajaki pengembangan ekosistem SAF di Indonesia.

“Tidak ada satu negara pun yang dapat mencapai tujuan ini sendirian. Pertamina sangat penting bagi Indonesia, namun keterlibatan berbagai negara dan organisasi transportasi udara serta perusahaan global seperti Airbus juga diperlukan,” ujarnya.

Menurut Luhut, forum dan diskusi seperti ini sangat penting untuk berbagi pengalaman, pengetahuan, dan melihat peta jalan untuk efisiensi bahan bakar di Indonesia dan dunia.

“Forum ini sangat penting karena memungkinkan kami berbagi pengalaman. Saya kira Indonesia tidak bisa mencapai target nol emisi pada 2060 sendirian, namun kita bisa mencapainya bersama-sama,” tambah Luhut.

Sebagai pemimpin dalam transisi energi, Pertamina berkomitmen mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan mendorong program-program yang berdampak langsung pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Seluruh upaya ini sejalan dengan penerapan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.

Terkini