Kerja Sama Pertamina dan Airbus untuk Kembangkan Ekosistem Sustainable Aviation Fuel

Minggu, 29 September 2024 | 18:55:18 WIB

Bali – PT Pertamina (Persero) menegaskan komitmennya untuk mengembangkan bisnis Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Indonesia. Keyakinan ini diungkapkan oleh Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina, A. Salyadi Saputra, dalam sesi panel bertajuk “Global and Regional Collaboration Potential on Sustainable Aviation Fuel” pada acara Bali International Air Show 2024, yang diselenggarakan pada Rabu (18/09) di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali.

Salyadi menjelaskan rencana pengembangan SAF di seluruh Pertamina Grup, yang mencakup aspek teknologi, finansial, serta dukungan kebijakan pemerintah. Semua ini bertujuan untuk memastikan pemanfaatan SAF dapat berkembang di industri aviasi Indonesia.

“Pertamina sudah siap dengan SAF. Pertamina Patra Niaga telah mendapatkan lisensi Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) dan Renewable Energy Directive-EU (RED-EU) untuk menjadi pemasok SAF. Selain itu, kami juga terus melakukan upgrade kilang untuk menjadi green refinery agar dapat memproduksi SAF secara optimal. Kami berharap semua ini didukung oleh elemen masyarakat, baik di Indonesia maupun internasional. Kesadaran bersama akan menjadikan ini kepentingan masa depan yang saling menguntungkan,” jelas Salyadi.

Lebih lanjut, Salyadi menyampaikan bahwa sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Pertamina memiliki dua peran. Pertama, mendukung pemerintah dalam menjaga ketahanan energi nasional. Kedua, sebagai entitas bisnis, Pertamina harus memiliki kinerja finansial yang sehat dan berkelanjutan, sambil terus mengembangkan bisnis bahan bakar ramah lingkungan. Salyadi menekankan bahwa SAF adalah bisnis yang berpotensi besar di industri aviasi, dan Pertamina berkomitmen untuk serius mengembangkan sektor ini.

“Pertamina sudah memiliki bahan biofuel seperti B35 yang sukses diterapkan di Indonesia, dan kami berencana untuk meningkatkannya menjadi B40 atau B50. Dengan SAF, Pertamina memiliki keunggulan pasar tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga global. Kami yakin akan kompetitif karena Indonesia memiliki banyak potensi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan,” tutup Salyadi.

Dalam sesi yang sama, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Republik Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, juga menyampaikan keyakinannya akan potensi Pertamina dalam mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan melalui SAF. Luhut menggarisbawahi pentingnya kolaborasi dengan mitra strategis, termasuk perusahaan global, untuk mencapai tujuan ini. Ia juga mengapresiasi kolaborasi Pertamina dengan Airbus dalam menjajaki pengembangan ekosistem SAF di Indonesia.

“Saya yakin, satu negara tidak dapat melakukannya sendiri. Pertamina sangat penting bagi Indonesia. Kami ingin melihat keterlibatan Pertamina, tetapi itu saja tidak cukup. Oleh karena itu, kami juga mengundang beberapa negara lain, organisasi transportasi udara, dan perusahaan global seperti Airbus,” ujarnya.

Menurut Luhut, forum dan diskusi seperti ini sangat penting untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan, serta untuk melihat roadmap efisien bahan bakar di Indonesia dan dunia. “Forum ini sangat penting karena kami bisa berbagi pengalaman. Indonesia tidak bisa melakukannya sendiri, tetapi kita bisa bersama-sama untuk mencapai target nol emisi tahun 2060,” tambahnya.

Sebagai pemimpin di bidang transisi energi, Pertamina berkomitmen untuk mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan mendorong program-program yang berdampak langsung pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Seluruh upaya ini sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.

Halaman :

Terkini