Pertamina Telahsiap Memimpin Pasar Sustainable Aviation Fuel di Indonesia

Minggu, 29 September 2024 | 18:59:50 WIB

Bali – PT Pertamina (Persero) menunjukkan komitmennya untuk mengembangkan bisnis Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Indonesia. Optimisme ini disampaikan oleh Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina, A. Salyadi Saputra, dalam sesi panel bertajuk “Global and Regional Collaboration Potential on Sustainable Aviation Fuel” pada acara Bali International Air Show 2024 yang diselenggarakan pada Rabu (18/09) di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali.

Salyadi menjelaskan rencana pengembangan SAF yang mencakup aspek teknologi, finansial, dan dukungan kebijakan pemerintah, untuk memastikan keberhasilan pemanfaatan SAF dalam industri aviasi Indonesia.

“Pertamina sudah siap dengan SAF. Pertamina Patra Niaga telah mendapatkan lisensi Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) dan Renewable Energy Directive-European Union (RED-EU) agar dapat menjadi pemasok SAF. Kami juga terus meningkatkan kapasitas kilang untuk beralih menjadi green refinery, sehingga dapat optimal dalam memproduksi SAF. Diperlukan dukungan dari masyarakat, baik di dalam maupun luar negeri, agar ini menjadi kepentingan bersama yang saling menguntungkan,” jelas Salyadi.

Ia menambahkan, sebagai Badan Usaha Milik Negara, Pertamina memiliki dua peran. Pertama, mendukung pemerintah dalam menjaga ketahanan energi nasional. Kedua, sebagai entitas bisnis, Pertamina harus menunjukkan kinerja finansial yang sehat dan berkelanjutan, dengan fokus pada pengembangan bahan bakar ramah lingkungan. Salyadi menekankan bahwa SAF merupakan peluang bisnis yang serius dalam industri aviasi.

“Pertamina telah memproduksi bahan biofuel seperti B35 yang berhasil diterapkan di Indonesia, dan kami berencana untuk meningkatkan menjadi B40 atau B50. Pasar SAF tidak hanya terbatas di dalam negeri, tetapi juga memiliki potensi pasar global. Kami percaya Indonesia memiliki banyak sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan,” ungkapnya.

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Republik Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, juga mengungkapkan optimisme tentang potensi Pertamina dalam mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan melalui SAF. Ia percaya bahwa Indonesia memiliki peluang besar di bisnis SAF, namun kolaborasi dengan mitra strategis, termasuk perusahaan global, sangat diperlukan.

“Saya yakin satu negara tidak bisa melakukannya sendiri. Oleh karena itu, Pertamina memiliki peran penting bagi Indonesia. Kami ingin melibatkan Pertamina dalam kerjasama ini, dan juga mengundang negara lain serta organisasi transportasi udara seperti Airbus untuk berkolaborasi,” ujarnya.

Luhut menekankan pentingnya forum dan diskusi seperti ini untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan, serta untuk memetakan efisiensi bahan bakar di Indonesia dan dunia.

“Forum ini penting karena kami dapat bertukar pengalaman. Indonesia tidak bisa melakukannya sendiri, tetapi bersama-sama kita bisa mencapai target nol emisi pada tahun 2060,” jelas Luhut.

Sebagai perusahaan pemimpin dalam transisi energi, Pertamina berkomitmen mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berkontribusi langsung pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasional Pertamina.

Terkini